Sebuah Kota
Kota ini berakhir di sebuah bundaran
jalan, di sebuah hotel dengan lampu-lampu
kamar yang selalu dipecahkan orang
Setiap malam suara-suara lenyap
ke arah jembatan, melewati gang dan tikungan
jalan. Di depanku, sambil makan siang,
televisi membawa mayat bayi yang ditinggalkan
di halaman gedung parlemen. Lalu seorang
bintang film memenuhi paru-paruku
dengan minyak wangi
Telapak tanganku basah
jemari kakiku berdarah
Kusinggahi rumah seorang kawan
tapi ia sedang sibuk menghisap cairan
dari dalam kepalaku. Tubuhnya penuh
toko klontong, dan telinganya mudah sekali
lepas. Di kejauhan sebuah kamar, seseorang
menyalakan lampu,
lalu memadamkannya kembali
2005-2006
Sumber: Penunggang Kuda Negeri Malam
(Pustaka Jaya, 2014)