“Tahun ini kamu tetap di kelas satu, ya!” seru wanita berseragam. “Tinggal kelas?” ia membantin.
Gadis kecil itu terdiam, matanya mulai berkaca-kaca dan tangis pun pecah. Ia ingin segera pulang, bersembunyi di balik pintu kamar.
Bagi sebagian anak, tinggal kelas menjadi peristiwa yang tak terlupakan. Seluruh teman tahu dan menjadikannya bahan perundungan di sekolah dan di rumah. Malu bukan kepalang, tinggal kelas karena tak bisa membaca dan mesti mengulang satu tahun pelajaran di kelas yang sama. Sejak itu, ia mulai mengeja huruf, membaca, membaca, dan membaca. Ia sadar betapa pentingnya kemampuan membaca atau literasi dalam kehidupannya. Berawal dari pengalaman yang kurang me- nyenangkan, ia berharap tidak ada anak-anak yang mengabai- kan pentingnya literasi dan tak merasakan apa yang pernah ia alami.
Kegiatan Rumah Baca Kakita sempat terhenti karena imbas pandemi. Geliat Rumah Baca Kakita berangsur-angsur mulai kembali normal. Pengelola mulai merangkul masyarakat di lingkungan terdekat. Hati ngilu mengetahui sebagian anak-anak di sekitar Rumah Baca Kakita tidak tahu karakter Bobo, Nirmala, Bona, dan Rongrong di majalah anak. Mereka juga menyam- paikan belum pernah masuk ke toko buku, Perpustakaan Provinsi, ataupun Perpustakaan Kota Jambi, padahal mereka tinggal di kawasan Telanaipura yang dekat dengan pusat pemerintahan provinsi. Beberapa universitas ternama berdiri kukuh di kawa- san Telanai. Jarak rumah mereka dengan Perpustakaan Provinsi Jambi hanya sepelemparan batu. Wajahnya tertampar melihat kondisi yang memprihatinkan. Bagaimana mungkin aktif ber- literasi, tetapi belum mampu menyentuh orang-orang terdekat? Semua bermula pada sebuah tantangan yang diberikan oleh Bu Yanti (pengelola Rumah Baca Evergreen) kepada Masyithah untuk mendirikan rumah baca di lingkungan tempat tinggalnya. Sejujurnya tantangan atau permintaan tersebut teramat berat untuk diterima apalagi kalau ditolak. Pergolakan batin terjadi selama berbulan-bulan untuk memantapkan hati dalam men- dirikan rumah baca. Kekhawatiran diri acap kali memenuhi pikirannya. Sebuah pesan dari Bu Yanti selalu terngiang-ngiang, “Kini saatnya mengepakkan sayap untuk memperluas keber- manfaatan dalam literasi.”
Pengalaman pribadi dan keprihatinan terhadap anak yang memiliki minat baca yang rendah membuat Masyithah tergerak untuk mendirikan taman baca. Akhirnya, pada 2018 ia men- dirikan Rumah Baca Kakita Ar-Rasyid yang berlokasi di Jalan Pratu Tandu Suwito Nomor 17A RT 16 Kelurahan Simpang IV Sipin, Kecamatan Telanaipura, Kota Jambi. Rumah Baca Kakita Ar-Rasyid merupakan akronim dari kata kaki tangan kita semua. Kaki tangan melambangkan individu atau manusia. Ar Rasyid bermakna cerdas, pandai, dan cakap.
Seyogyanya rumah baca menyediakan bahan bacaan sesuai minat dan kebutuhan masyarakat. Namun, buku yang ada hanya berasal dari koleksi pribadi, berupa buku ilmiah dan populer. Keresahan terkait keterbatasan jumlah dan jenis bahan baca disampaikan kepada Bu Yanti, kerabat dan sahabat yang peduli pendidikan/literasi. Respons baik diberikan untuk mendukung geliat literasi. Rumah Baca Evergreen mengirim lima kardus buku dan dua rak buku. Beberapa sahabat juga mendonasikan buku untuk memperkaya koleksi Rumah Baca Kakita.
Rumah Baca Kakita ibarat angin, tak terlihat dan tak ber- wujud, tetapi kehadirannya dapat dirasakan. Meskipun wujud Rumah Baca masih sangat sederhana, kehadirannya telah me- norehkan warna tersendiri bagi pengelola dan anggotanya. Aktivitas rutin Rumah Baca pun dapat diakses lewat media sosial, seperti instagram, facebook, youtube, dan blog.
Rumah Baca Kakita menyelengarakan kegiatan yang dapat diakses oleh warga. Kegiatan Rumah Baca membutuhkan dana operasional untuk keperluan listrik, ATK, fotokopi bahan ajar, membeli bahan percobaan sains, dan membeli buku bacaan. Usaha yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan operasional Rumah Baca adalah dengan cara swadaya. Anggota Rumah Baca diharapkan mau memberikan bantuan secara sukarela. Bagi anggota yang meminjam buku diminta kesediannya mengapre- siasi buku sejumlah seribu atau dua ribu rupiah seminggu (apabila mereka terlambat mengembalikan buku). Partisipasi juga datang dari orang tua yang menitipkan anaknya untuk bela- jar baca-tulis. Pengelola pun turut serta mengalokasikan sebagi- an dana dari amplop yang didapat dalam mengikuti pelatihan atau seminar literasi. Hal ini semata-mata dilakukan untuk men- jaga keberlangsungan Rumah Baca Kakita.
Ragam kegiatan Rumah Baca Kakita, antara lain, layanan peminjaman buku, bimbingan belajar membaca, klub sains cilik, wisata Eko-EduLiterasi, dan kreasi sobat Kakita. Aktivitas literasi Rumah Baca Kakita tak sekadar membaca buku, kegiatan tambahan yang diberikan untuk menambah kemampuan komu- nikasi, menulis, dan mencintai lingkungan. Anak-anak diajak mengikuti klub sains cilik pada hari Minggu dari pukul 09:00 sampai dengan 13:00.
Pengelola merancang kurikulum berbasis literasi lingkung- an dengan pendekatan sains, teknologi, teknik, seni, dan mate- matika. Kegiatan yang dilakukan berupa mendemostrasikan eksperimen, mengeksplorasi alam, mengkreasikan sains dan seni, serta menulis hasil pengamatan. Beragam cara diupayakan untuk menstimulasi kreativitas anak di bidang sains dengan cara visual, audio, dan kombinasi keduanya. Ada beberapa kegiatan klub sains cilik yang telah dilakukan, seperti percobaan sains, peng- amatan gejala alam, pemanfaatan barang bekas, pemutaran film, dan kebun percobaan.
Wisata Eko-EduLiterasi merupakan kegiatan yang dinanti- nanti oleh anak rumah baca, wisata edukasi berbasis literasi dan lingkungan. Kegiatan ini menggabungkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dalam sebuah perjalanan singkat. Wisata Eko-EduLiterasi memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar dari pengalaman langsung (eksperiental learning). Kegiatan Eko-EduLiterasi telah dilaksanakan di beberapa lokasi seperti Pasar Angso Duo, Labor Pertanian Universitas Jambi, Batik Serumpun Berlian di Danau Sipin, Kebun Jagung Buluran, dan Taman Anggrek Sri Soedewi.
Proses perjalanan Rumah Baca Kakita tak semulus jalan tol, acap kali bertemu krikil kecil, jalan bergelombang hingga lubang-lubang. Saat ini, daya juang Rumah Baca masih terus ditempah hingga mampu beradaptasi dan berdaya dalam arus perkembangan zaman. Kendala utama yang dihadapi Rumah Baca, antara lain, memanajemen sumber daya manusia (rege- nerasi relawan literasi), pengelolaan taman baca, dan menjalinan kemitraan. Sejujurnya bukan hal yang mudah untuk menemukan jiwa-jiwa relawan yang cinta literasi. Kendala yang ditemui tak menjadikan Rumah Baca patah arah, bahkan menjadikan pengelola lebih kritis, tangguh, kreatif, dan berdaya dalam men- jejakkan langkah literasi. Jejak langkah ini kelak menjadikan Rumah Baca Kakita sebagai rumah baca mandiri yang hangat, asri, dan nyaman bagi pengunjung.
Usia Rumah Baca Kakita masih seumur jagung. Rumah Baca masih terus berproses dan berupaya agar tetap bergeliat. Rumah Baca Kakita patut bersyukur dan berterima kasih atas apresiasi dan partisipasi dari keluarga, anggota, serta sahabat yang peduli literasi. Rumah Baca membuka hati bagi teman- teman dan komunitas agar bisa berkolaborasi dalam semangat literasi. Rumah Baca berupaya untuk menanamkan benih-benih literasi dan memeliharanya sepenuh hati. Sejauh melakukan kegiatan dengan cinta, segala halang, dan rintang siap dilalui karena kecintaannya terhadap literasi. Seiring waktu benih- benih asa literasi akan bertumbuh dan berkembang.
Literasi sebagai kecakapan hidup yang sangat dibutuhkan di dalam setiap aspek kehidupan. Kecakapan literasi mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif. Literasi menjadi jembatan asa untuk kehidupan yang lebih baik. Rumah Baca atau komunitas literasi sebagai wadah bagi pembelajar sepanjang hayat agar menjadi masya- rakat yang berdaya. Rumah Baca Kakita telah menanam benih- benih dalam pengembangan literasi Jambi. Kita memiliki peran dalam memajukan literasi. Mari, kita bersama-sama menum- buhkembangkan kecintaan terhadap budaya literasi.