Puisi Pilihan 10. Kuintet
KuintetNirwan Dewanto Namaku piano, dan bebilahku lelah oleh jemarimu. Namaku clarinet, dan mulutku mencurigai mulutmu. Aku teramat haus, tapi telingamu hanya menatapku. Baiklah, di bawah sorot lampu akan kupuja sepatumu. Di depan kita, mereka yang hanya membawa bola mata Mengira kita pasangan yang serasi meninggi menari. Tapi namaku biolin, dan betapa dawaiku sudah beruban. Dan…